Perjuangan


              




          

              Tenang menatapku meledek. Aku balas menatap tenang dengan tajam, memberi isyarat untuk mendekat. Tenang tetap diam, malah semakin meledek. Aku menarik nafas dalam, menghembuskannya dengan keras. Aku membutuhkan tenang, tapi tenang enggan bahkan hanya sekedar untuk mendekat. Aku terus mencoba berkali-kali untuk meyakinkannya, membujuknya. Tapi tenang dengan santai malah berbalik pergi, sambal melambaikan tangan.
               
              Takut berjalan maju. Aku mundur perlahan, sembari merangkul berani erat. Takut mulai berlari menghampiri. Aku mundur dengan cepat, tanpa kusadari berani dalam rangkulanku terlepas. Takut malah tertawa senang, lalu menghantamku keras. Aku hanya bisa menjerit, dan jatuh. Takut tersenyum licik, dengan berani yang sudah ada di genggamannya.

             
              Sabar  duduk nyaman di bawah pohon sambil menulis santai. Aku yang saat itu lewat didepannya terhenti sejenak. Angin yang sejak tadi diam, seolah berhembus pelan di sekitar sabar. Mengitarinya. Aku mencoba menghampirinya, mencoba berbincang sembari menikmati udara yang segar. Tiba-tiba sabar melirik ke arahku, bingung. Aku tersenyum lebar, agar terkesan bersahabat. Tapi sabar malah terlihat semakin bingung, dan tanpa kuperkirakan, pembatas yang kokoh muncul dihadapan sabar. Aku terkejut. Pembatas itu akhirnya menghilang pelan, membawa sabar menghilang bersamanya. 

Luthfiyani

Comments

Popular Posts